the ilagularity
  • Home
  • About Me
  • Categories
    • Self Improvement
    • Blogging
    • Coming Soon
  • Archives
Website Penyedia Stok Foto Feminin Gratis

Kalau boleh bicara jujur, saya sebetulnya adalah penggila stok foto. Ya, saking tergila-gilanya, saya bahkan punya obsesi unik mengoleksi stok foto demi keperluan ngeblog saya. Pals, apa kamu juga begitu? Suwer deh, saya malahan nggak kaget begitu mengetahui ukuran dari folder stok foto khusus blog saya yang mencapai beberapa gigabytes.

Selain itu, ada pengakuan lain yang kudu saya tegaskan di sini. Sebenarnya, saya enggan harus menggelontorkan sejumlah dana sebagai modal ngeblog karena nyatanya belum lama sejak saya menerbitkan “The Ilagularity”. Namun, siapa tahu apa yang akan terjadi nanti, ya toh? Barangkali pemikiran tersebut bakal terganti dengan prinsip baru yang punya dampak lebih baik bagi perkembangan blog ini ke depannya.

Namun, untuk sekarang, saya masih setia dengan segala sesuatu yang serba gratisan. Dan, hal itu termasuk perihal segi visual dari “The Ilagularity”. Karena saya belum mahir di bidang fotografi pula, kehadiran situs web penyedia stock foto gratis tentunya sangat tak ternilai buat saya! Sayangnya, nggak ke semua website tersebut menawarkan apa yang saya butuhkan untuk menyesuaikan dengan branding yang hendak saya bangun.

Dan, berangkat dari sana, perburuan saya untuk menemukan situs web penyedia stock gambar gratis terbaik untuk blogger perempuan pun dimulai.

Finally, setelah menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengubek-ubek Google (dan menyeleksi sederet situs web stock photo gratis), saya berhasil mengumpulkan mana-mana saja yang jadi favorit saya. Nah, daftar di bawah ini memuat enam website penyedia stok foto feminin gratis kesukaan saya di mana kamu bisa mendapatkan gambar-gambar cuakep buanget untuk menunjang penampilan blogmu.

Hei, yakin nih, kamu nggak mau pin/bookmark artikel ini untuk dibaca lagi nanti?

Website Penyedia Stok Foto Feminin Gratis

Oke, saya tahu bahwasanya kaum hawa bukanlah satu-satunya pengunjung “The Ilagularity” (salam buat mas-mas, bro, dan bapak-bapak sekalian, peace).

Akan tetapi, lantaran blog ini dibuat dengan membidik golongan pembaca perempuan, maka di kesempatan ini saya lebih fokus kepada website yang kurang lebih akan diminati oleh para blogger perempuan, terutama buat kamu yang tengah memerlukan stock photography keren untuk blog parenting, kuliner, fashion, bahkan lifestyle sekalipun.

Namun, sebagian dari kita barangkali punya pandangan negatif ketika mendengar tentang stock photo.

“Tunggu dulu deh, bukannya stok foto itu gambar-gambar berkesan pasaran? Pun, citranya nggak natural, kalah jauh dari foto-foto yang kita ambil sendiri.”

Hmmm, namun, apa pendapat itu selalu benar?

Apakah menggunakan stok foto ide yang buruk?

Sayangnya, enggak semua orang ahli dalam memotret. Padahal, untuk membangun brand awareness baik itu untuk medsos ataupun blog, foto-foto yang ciamik dan ekslusif itu perlu (atau seenggaknya begitu dari hemat saya).

Nah, seperti yang sudah saya beritahukan sebelumnya, skill fotografi saya nggak bagus-bagus amat. Di samping itu, saya juga menyadari bahwa akan memakan banyak waktu jika saya kudu mengambil gambar sendiri demi kebutuhan ngeblog. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk menyerahkan tugas ini dengan penuh kepercayaan kepada website stok foto.

Awalnya, saya mengetahui soal stok foto lewat perkenalan saya dengan situs web seperti Pixabay, Pexels, Unsplash, dll. Sejujurnya, nggak ada yang salah dengan foto-foto yang diunggah di website itu; semuanya bagus dan menarik. Hanya saja, gambar-gambar itu sepertinya nggak sehaluan dengan rencana blogging saya.

For your information, target pembaca blog “The Ilagularity” yang saya harapkan ialah perempuan. Oleh karena itu, saya perlu lebih banyak lagi stok foto feminin yang serba ayu.

Hingga pada akhirnya, setelah beberapa saat saya cukup berpuas diri dengan apa yang bisa saya peroleh dari website stok foto yang saya sebutkan sebelumnya, saya putuskan untuk mencari alternatif lain. Nah, di perburuan itu, saya beruntung bisa menjumpai situs-situs penyedia stok foto feminin yang selama ini saya cari-cari.

Juga, karena satu saja enggak cukup, tanpa ragu saya lekas mendaftar sebagai member dari keenam website penyedia stok foto feminin gratis berikut ini!

Rekomendasi 6 Situs Penyedia Stok Foto Feminin Gratis

Semisal kamu juga belum seratus persen percaya diri dengan kemampuan fotografimu, memanfaatkan keberadaan situs web stok foto akan sangat menghemat waktumu, loh. Tanpa basa-basi lagi, ini nih enam website penyedia stok foto feminin gratis idola saya!

1. Haute Stock

Haute Stock

Haute Stock menawarkan stok foto feminin yang super cakep untuk blog dan medsos kamu. Situs web ini membagikan 21 foto secara cuma-cuma bagi setiap member-nya, loh. Dan, jika kamu mendaftar untuk newsletter-nya, Haute Stock akan berbaik hati mengirimkan sejumlah koleksi foto gratis setiap bulan ke email kamu!

Oh iya, di samping itu, Haute Stock juga punya program berbayar. Foto-foto yang kamu peroleh dari website ini bisa kamu pergunakan kembali untuk membikin kutipan-kutipan kece, mempercantik Instagram Story, dan memperkaya koleksi template Canva kamu. 

2. Ivory Mix

Ivory Mix

Tanpa melebih-lebihkan opini saya, Ivory Mix adalah salah satu website kesayangan saya (#honest_review). Selain karena stok fotonya yang bisa diunduh secara gratis, koleksinya yang ekstra lengkap menjadi alasan lainnya mengapa saya sangat jatuh cinta dengan website ini.

Pada dasarnya, Ivory Mix mengumpulkan foto-foto lama dari tahun-tahun sebelumnya menjadi sebuah arsip besar yang tersedia bagi setiap member baru. Dengan begitu, kamu usah cemas sekiranya kamu bakal kehabisan gambar-gambar anti-mainstream.

Begitu kamu bergabung dengan program keanggotaannya (yang dibandrol dengan harga $197 atau sekitar Rp2.800.000-an per tahun), kamu juga berhak memperoleh sejumlah stok foto tambahan, template, e-course, dan panduan seputar desain grafis.

3. Girl Boss Stock

Girl Boss Stock

Girl Boss Stock adalah website jempolan lainnya yang saya temukan baru-baru ini. Faktanya, saya sudah mendaftar untuk newsletter bulanannya dan menerima 20 stok foto gratis pertama saya, loh! Seperti situs web stok foto lainnya, Girl Boss Stock menawarkan paket membership mulai dari $29 per bulan (sekitar Rp408.000,00). Tetapi, harganya tentu jauh lebih murah jika kamu mengikuti program keanggotaan tahunan!

4. Pixistock

Pixistock

Pixistock adalah situs web lainnya dengan segudang stok foto feminin menawan. Kamu bisa mendaftar gratis untuk menerima stok foto selama 30 hari atau bergabung dengan program membership-nya untuk mendapatkan akses tanpa batas ke seluruh koleksi stok fotonya (plus keanggotaan grup FB premium!).

5. She Bold Stock

She Bold Stock

Situs web stok foto feminin berikutnya yang dapat kamu andalkan untuk memperindah layout blogmu adalah She Bold Stock, apalagi kalau kamu suka warna-warna cerah dan berani! Setelah mendaftar, kamu bisa mendapatkan 20 foto secara gratis di situs webnya atau kamu juga boleh banget mendaftar untuk program membership seharga £16 atau sekitar Rp313.000,00 per bulan.

6. Styled Stock Society

Styled Stock Society

Styled Stock Society adalah rekomendasi website terakhir di daftar ini. Styled Stock Society melabeli brand-nya sendiri sebagai “forum keanggotaan stok foto bergaya (stylish) untuk pemilik bisnis online”. Styled Stock Society menawarkan program membership mulai dari $97 atau sekitar Rp1.061.000,00 per kuartal.

Eits, buat kamu yang masih ragu-ragu untuk berinvestasi untuk kegiatan blog, Styled Stock Society juga menyediakan bundel stok foto gratis, loh. Jadi, jangan menunda maju mundur syantik untuk sign up, ya!

Itulah keenam website penyedia stok foto feminin gratis kesukaan saya! Kira-kira, yang mana yang bakal jadi favorit kamu juga?

Sok atuh dilihat-lihat website-nya. Usah khawatir soal uang. Seperti yang sudah berulang kali saya sebutkan, pendaftarannya gratis tanpa dipungut biaya sepeser pun (kecuali kamu bergabung dengan program membership situs web tertentu). Setelahnya, kamu akan menerima akses seumur hidup untuk download stok foto apik seperti yang kamu lihat warawiri di blog ini.

Kalau kamu sendiri, apa website stok foto gratis langgananmu? Share rekomendasi kamu di kolom komentar, ya!

Mengendalikan Diri saat Marah

Pernah nggak kamu ngerasa bawaannya kepingin marah-marah melulu, terus kebingungan sendiri, “Duh, aku kenapa, sih?” Atau, mendadak timbul hasrat untuk misuh-misuh nggak karuan?

Hmm… Kalau kamu bertanya-tanya kenapa, kemungkinannya bervariasi.

Pertama, emosi yang meledak-ledak itu boleh jadi disebabkan oleh satu-dua pergolakan yang terjadi di dalam tubuh: contohnya, hormon yang diproduksi pada tubuh cewek ketika menstruasi dapat memicu terjadinya mood swing (perubahan suasana hati) dan segudang sentimen ‘meledak-ledak’ lainnya.

Atau, bisa juga tendensi mengamuk ini diakibatkan oleh faktor internal lainnya. Barangkali kamu memang terlahir sebagai orang yang super sensitif terhadap berbagai macam hal. Dan, tanpa disadari, sifaat bawaanmu itu berdampak ke cara kamu dalam menyikapi problem yang sedang kamu hadapi secara impulsif.

Lalu, stres menjadi faktor berikutnya yang juga berpengaruh secara nggak langsung terhadap kemunculan amarah. Coba lihat di sekeliling kamu, deh, atau perhatikan diri kamu sendiri: mereka-mereka yang menerima banyak tekanan dari lingkungan sekitarnya (misalnya, menerima rentetan pertanyaan kapan lulus kuliah, kapan kerja, kapan nikah, kapan punya anak, dll) rupanya cenderung lebih gampang naik pitam ketimbang mereka-mereka yang jarang terekspos ke perbincangan serupa, loh.

Di samping stres, ada satu faktor eksternal lagi nih yang nggak jarang diduga selaku dalang di balik kecenderungan kita buat marah-marah. Mungkin, kita terbiasa melihat anggota keluarga atau role model (sosok yang kita hormati) kita melampiaskan amarah mereka dengan teriak-teriak ke orang lain, atau lebih ekstremnya lagi, sampai melakukan kekerasan fisik.

Intinya, entah apapun itu alasannya, ada satu hal yang jelas kamu sadari: kamu menyadari bahwa belakangan ini sumbu emosi kamu lebih cepat tersulut daripada biasanya. Eh tapi, bukannya kebanyakan dari kita juga sejatinya sedang menghadapi hal yang sama, ya? Lebih-lebih lagi di era serba nggak menentu seperti sekarang, agaknya sedikit susah buat kita untuk terus berpikir dengan kepala dingin.

Padahal, amarah itu jenis perasaan yang lumrah kita jumpai, kok. Bahkan, nggak ada salahnya kita merasa jengkel atau kesal akan sesuatu! Yang terpenting, kita perlu tahu bagaimana sebaiknya mengontrol emosi kita dan mengendalikan diri saat marah.

Hei, yakin nih, kamu nggak mau pin/bookmark artikel ini untuk dibaca lagi nanti?

Mengendalikan Diri saat Marah

“Gimana sih caranya supaya aku enggak kelepasan pas lagi emosi, apalagi sampai nyolot ke orang lain atau gebrak-gebrak meja?”

Usah terburu-buru, gaes. Sebelum belajar perihal anger management (pengelolaan emosi), ada satu hal penting yang perlu kamu ketahui di awal. Yasss, mula-mula, kamu sepatutnya mengenal lebih dalam tentang penyebab dari amarah itu sendiri. Yuk, kita baca sama-sama alasan mengapa manusia bisa merasa dongkol, geram, dan jengkel akan sesuatu.

3 Alasan Utama Mengapa Kita Merasakan Amarah

1. Rasa takut

Siapa yang menduga bahwasanya ketakutan merupakan salah satu pemicu nomer satu dari amarah?

Ketakutan yang dimaksud di sini bukan yang merujuk kepada hal-hal serius yang berpotensi mengancam nyawa, ya, tetapi lebih condong ke ketakutan-ketakutan dalam konteks sosial.

Misalnya, takut dipermalukan di depan umum atau takut gagal dapat berujung pada terbentuknya amarah. Di alam bawah sadar kita, rasa takut tersebut kemudian diubah menjadi amarah dengan sedemikian rupa sebagai salah satu mekanisme kita untuk melawan kepanikan.

2. Frustasi

Selanjutnya yakni frustasi. Yup, frustasi juga bisa menjadi akar dari pecahnya emosi, terlebih kekecewaan yang terus bertumpuk seiring waktu. Pada akhirnya, kemarahan kita meluap-luap dan dorrr! Meledak deh begitu aja!

Yang horor adalah terkadang kita bahkan luput menyadari kalau perasaan enggak mengenakkan seperti ini bersarang di lubuk hati kita, loh. For example, kamu ngerasa getun berat lantaran salah satu rekan kerjamu justru males-malesan di kantor sementara seisi departemen kalang kabut ngejar deadline penting-ting-ting-ting.

Lebih parahnya lagi, gara-gara orang ini nih, mau nggak mau kamu kudu mengemban tanggung jawabnya daripada tenggat waktunya nggak terkejar sama sekali. Alhasil, ketika kamu nggak sanggup lagi menahan kekesalan itu, ngelabrak do’i membabi buta di depan khalayak umum kedengarannya seperti solusi yang paling tepat untuk mengakhiri penderitaan itu – yang nyatanya langkah itu sama sekali enggak bener, gaes.

Please, don’t try this.

Jadi, jika ditelaah secara terperinci, frustasi kerap bersumber dari ketidakberdayaan kita untuk mengubah situasi yang tengah kita hadapi, dan lumrah banget untuk merasa kesal karena kondisi tersebut.

3. Rasa sakit

Bagaimana kamu bereaksi saat seseorang tanpa sengaja melukai perasaanmu? Marah? Itu wajar. Saya juga begitu, kok!

Rasanya acapkali kita baca berita tentang pria/wanita yang memergoki pasangannya selingkuh dengan orang lain. Apa persamaan di antara orang-orang yang menjadi korban perselingkuhan itu? Bingo! Rasa sakit yang mereka alami secepat kilat berganti menjadi amarah. Hal yang sama juga terjadi saat kita dikhianati oleh orang-orang kepercayaan kita.

Manusiawi nggak sih kalau kita teramat-sangat-ingin-sekali mengakhiri rasa sakit dan penderitaan yang kita alami?

4 Dampak Buruk Marah

Aslinya, doyan marah-marah itu nggak bagus buat kita, loh. Alasannya pun bermacam-macam. Iya sih, bukan berarti kalau emosi bernama amarah itu kesannya jelek melulu. Namun, perlu digarisbawahi pentingnya untuk membedakan mana yang bersifat positif dan merusak.

Nah, salah satu metode paling sederhana untuk mencegah kemunculan marah yang bersifat merusak yakni dengan menelaah lebih dalam perihal emosi itu sendiri.

Kemarahan yang bersifat negatif biasanya ditandai dengan amarah yang membawa tuannya ke hal-hal buruk. Setelah meluapkan emosi tipe ini, kamu tuh bukannya lega tapi justru ngerasa bersalah dan menyesal. Sayangnya, dampaknya permanen dan nggak mungkin bisa dikembalikan lagi seperti semula (tekan-tekan tombol ctrl + z juga nggak akan ngaruh sis, wkwk).

Juga, ketika kamu ngerasain amarah yang seperti ini, kamu sejatinya hanya punya sedikit kendali untuk mengontrolnya. Ujung-ujungnya, kamu malah terjebak di dalam perasaan yang tercemar, yang nggak jelas bagaimana awal mulanya, apa penyebabnya, dan bagaimana resolusinya.

Jika dirangkum, kira-kira begini nih beberapa dampak buruk dari kemarahan yang bersifat negatif/merusak.

1. Menghalangi berpikir secara logis

Yang pertama: kemarahan negatif yang nggak terkendali cenderung punya dampak yang signifikan pada cara berpikir kita. Jadi, ketika kita dilanda jenis amarah yang satu ini, logika kita bakal mandek begitu aja. Dan, ujung-ujungnya kita justru mikirin atau ngomongin hal-hal yang akhirnya kita sesali setelah beberapa saat.

Ibaratnya tuh ya, kemarahan itu mirip seperti awan gelap yang menutupi sinar matahari (perlambang kebahagiaan kita). Emosi ini menghalangi segala hal positif yang umumnya kita lihat. Alhasil, kita cuma bisa ngelihat yang jelek-jelek aja dari apapun di sekitar kita. Duh, ngeri banget, ya?

2. Memicu keretakan di dalam suatu hubungan

Ego, selain ditetapkan sebagai penyebab kemarahan, juga merupakan salah satu pemicu adanya perasaan pahit dalam suatu hubungan yang mungkin pada akhirnya bermuara ke bad ending seperti putus cinta, perceraian, atau sekadar hilangnya ketenangan pikiran.

Selain disamakan bak awan gelap, memupuk kemarahan dalam hubungan ibarat merawat batang besi dengan cara yang buruk. Kalau nggak diperhatikan dengan baik, batang besinya pun berkarat dan akan kehilangan kilaunya. Sama halnya dengan perasaan. Ketika daya tariknya hilang, kita nggak bisa kembali ke saat-saat di mana semuanya masih menyenangkan.

3. Menimbulkan stres

Sampai di sini, kamu pasti udah ngeh banget kalau kemarahan ialah pemicu stres yang paling ampuh. Ini karena saat kita marah, bahkan tugas atau pekerjaan paling remeh sekalipun kelihatan ngebosenin. Walhasil, otak kita dipaksa bekerja lebih keras daripada biasanya (yang mana sebenarnya hal itu nggak perlu sama sekali andai kita tahu bagaimana semestinya kita mengendalikan diri saat marah!).

Alasan lainnya adalah karena fakta bahwa kemarahan punya kekuatan magis untuk membikin kita terkenang-kenang akan masa lalu. Kemudian, kita dibawa kembali untuk mengingat kejadian buruk yang pernah terjadi di waktu lampau yang, bukannya berdampak positif, malahan menambah lebih banyak tekanan ke pikiran kita!

4. Menjauhkan kebahagiaan

Terasa nggak sih, bahwa saat sedang marah, kita mengamati sebagian besar aktivitas atau hal yang dulu membuat kita bahagia nyatanya nggak lagi menimbulkan efek yang sama? Ini terutama karena kita mulai menemukan kesalahan dalam segala hal dan mengeluh tentang apapun yang kita lihat dan dengar.

Saat berada dalam kondisi pikiran dipenuhi kemarahan, terkadang kita cenderung secara otomatis mikirin kejadian-kejadian buruk atau menyedihkan sebelumnya. Eh, selanjutnya kita terdorong ke luar jalur dan terperosok di dalam kombinasi perasaan serba nggak enak bernama kesedihan, agresitivitas, dan kemarahan.

“Bitterness is like cancer; it eats upon the host. But anger is like fire; it burns it all clean.” – Maya Angelou

Iya, memang sedahsyat itu efek buruk dari kemarahan. Gara-gara perasaan yang satu ini, kita berisiko kehilangan kemampuan kita untuk mengapresiasi apa-apa yang kita miliki di hidup kita. Juga, gara-gara kemarahan, tiba-tiba semuanya jadi serba ngeselin!

5 Langkah Efektif Mengendalikan Diri saat Marah

Mengendalikan Diri saat Marah

Lantas, bagaimana semestinya kita mengendalikan diri saat marah? Shhh, inilah beberapa trik yang kadang kala saya terapkan untuk mengontrol emosi ketika saya dilanda kemarahan luar biasa:

1. Perhatikan tanda-tanda yang muncul ketika amarah timbul

Uniknya, saat kamu diserang kemarahan, tubuhmu hampir selalu memberikan “tanda” untuk menunjukkan kepada kamu bahwa sejatinya kamu sedang enggak baik-baik saja. Apa saja tanda-tandanya?

Kamu mungkin mulai merasa tegang atau kepala terasa berdenyut-denyut seperti akan meledak. Atau, kamu barangkali memerhatikan adanya hasrat aneh untuk melontarkan kata-kata kasar.

Begitu kamu menjumpai sinyal-sinyal menggelisahkan kaya gini, tubuhmu secara otomatis akan mengkategorikan situasi tersebut ke daftar “bahaya”. Alhasil, secara nggak langsung kamu pun bersiap-siap untuk melawan ancaman itu.

Seperti apa bentuknya? Barangkali kamu akan meradang, mengamuk, atau gusar terhadap sesuatu atau seseorang yang menjadi penyebab kemarahanmu.

Respon-respon ini sebetulnya merupakan proses penting yang berguna banget ketika kamu benar-benar berada dalam situasi berbahaya yang mengancam keselamatanmu. Sayangnya, seringkali respon seperti ini muncul di keadaan yang kurang pas, misalnya, ketika kamu sedih, frustasi, atau disakiti oleh orang yang kamu sayangi.

Dalam kasus tersebut, kamu jelas-jelas membutuhkan strategi yang lebih baik daripada sekadar menuruti keinginan impulsif nan bobrok.

2. Berhenti sejenak

Setelah kamu menyadari tanda-tanda yang ditunjukkan oleh tubuhmu selagi kamu sedang marah, cari tahu apakah kamu bisa menahan diri sebelum meledak membabi buta pada orang lain. Kamu bisa ngelakuin ini lewat beberapa cara:

  •  Gunakan kode-kode tertentu untuk menyuarakan kondisimu, contohnya: “Aku butuh waktu istirahat, nih” atau “Maaf, tapi aku kepingin sendirian sekarang.”
  • Ambil napas dalam-dalam beberapa kali untuk memperlambat respon tubuh mengkategorikan situasi tersebut ke daftar “bahaya”.
  • Ubah posisi tubuhmu untuk melepas ketegangan, e.g.: kalau sedang berdiri, ada baiknya kamu duduk, atau kalau sedang duduk, coba berbaring.
  • Ekspresikan amarahmu secara verbal di tempat yang sunyi dan jauh dari kerumunan orang.
  • Lakukan aktivitas fisik seperti jalan-jalan santai atau jogging untuk melepas kemarahan (apabila teknik sebelumnya dirasa masih kurang).

Tatkala kamu menghentikan respon “meledak-ledak” di awal, pahami bahwa kamu sama sekali enggak berusaha menyangkal emosi tersebut. Sebaliknya, kamu “mengontrol” ledakan amarah dengan mempelajari bagaimana emosi itu muncul di tubuhmu.

Lalu, kamu bisa memilih opsi yang lebih baik tentang cara menanggapi suasana pelik yang sedang kamu alami alih-alih membuang energimu untuk marah-marah ke benda/orang yang salah.

3. Tuangkan amarah ke dalam bentuk yang berbeda, atau berkonsultasi dengan orang ketiga

Masih ingat quote dari Maya Angelou di bagian sebelumnya? Ho-oh, ibarat api yang menyambar-nyambar, kemarahan itu dapat dengan mudah membesar. Kamu harus mengamatinya dengan kepala dingin tanpa memperkeruh suasana. Kalau kamu tipe orang yang merasa tenang setelah menumpahkan keluh-kesahmu ke dalam jurnal, do it.

Atau, tanyakan kepada salah seorang teman apakah dia mau duduk dan menghadapi kemarahanmu itu tanpa ikut-ikutan “seperti menuangkan minyak tanah dalam api” (a.k.a ngompor-ngomporin!). Lihat perbedaannya di bawah ini:

“Wah, parah banget sih, aku nggak percaya bisa-bisanya dia ninggalin kamu demi cewek lain. Dasar cowok ********!” vs. “Jangan larut dalam kesedihan, ya. Tetap semangat!”

“Anggota kelompokmu memang nggak becus, ya? Mereka kok tega sih nyuruh kamu nyelesain semuanya sendiri?” vs. “Hei, pasti berat banget, ya? Gapapa, aku ada di sini buat kamu. Kamu enggak sendirian, kok.”

Ketika kamu memposisikan diri sebagai saksi dan mengawasi kemarahanmu dari sudut padang orang ketiga, panas yang kamu rasakan dari api kemarahan itu bakal berkurang. Begantung pada tingkat keparahannya, proses ini mungkin terjadi dengan cepat. Atau, jika efeknya terlanjur teruk, kamu mungkin kudu mengulang proses ini berkali-kali.

Sebenarnya, tujuan dari menyerukan kemarahanmu bukanlah supaya kamu tetap terjebak di dalamnya, juga bukan untuk melenyapkannya.

Lantas apa?

Saat kamu mengekspresikan amarahmu dengan cara yang sehat dan terkendali, perasaan itu nggak akan berbalik menusuk kamu dari belakang. Kemarahan ada untuk melindungi kamu dari bahaya loh, ingat kan?

4. Rangkul emosi negatif lainnya di balik amarah

Begitu kemarahanmu sedikit melunak, kamu akan mulai memerhatikan emosi lain yang kamu rasakan di baliknya. Rupanya, amarah nyaris selalu menyembunyikan perasaan-perasaan lain yang lebih rentan, seperti rasa sakit, kesedihan, atau ketakutan. Contohnya:

 “Gara-gara kamu semuanya jadi hancur berantakan!” mungkin ada hubungannya dengan, “Apa yang sudah kamu perbuat sejujurnya menyakiti perasaanku, kawan.”

 “Gapapa, aku baik-baik aja, kok,” mungkin ialah topeng dari apa yang sebenarnya kamu rasakan, “Mana mungkin aku baik-baik aja?”

Berlatih cara mengendalikan diri saat marah berarti belajar menghadapi sentimen yang rentan dan rapuh pada tingkatan yang lebih dalam. Perasaan-perasaan itulah yang memegang kunci kesuksesanmu secara emosional. Menahannya atau justru mengabaikannya enggak akan menolongmu barang sedikitpun, dan saya nggak mau kamu ngelakuin kesalahan ini.

5. Komunikasikan niat/harapan yang sesungguhnya dengan tegas

Setelah kamu mengambil empat langkah pertama, kamu bakal lebih siap untuk mengutarakan apa yang sejatinya kamu rasakan. Alih-alih meluapkan amarah, kamu bisa berbicara dengan tegas.

Bersikap tegas merupakan cara membela diri dengan menyuarakan apa yang kamu rasakan terhadap orang lain, dan apa yang kamu butuhkan dari mereka. So, jangan salah mengartikan ini sebagai jalan untuk menyalahkan apalagi nge-bully orang lain, ya!

Dan, bersikap tegas juga bukan tentang berpura-pura sok baik-baik aja. Percaya atau enggak, ini adalah salah satu skill komunikasi penting yang sebaiknya kamu pelajari.

Mengendalikan Diri saat Marah

Apa kamu juga seringkali mengalami kesulitan untuk menahan diri? Kira-kira, langkah apa yang semestinya kamu ambil untuk menjaga emosimu supaya kamu nggak lekas naik pitam?

Mudah-mudahan sedikit tips yang telah saya jabarkan di atas bisa mendorong kamu untuk menjadi pribadi yang lebih tenang, atau setidaknya membuka pikiranmu tentang cara-cara baru dalam mengendalikan diri saat marah yang barangkali belum pernah kamu jumpai sebelumnya.

Yuk, tulis komentarmu di bawah kalau kamu juga relate dengan persoalan ini!

Why We Don't Get the Results We Want

Halo, pembaca The Ilagularity.

Baru-baru ini, saya menyadari sebuah fakta yang cukup mencengangkan. Nyatanya, perhatian saya mudah teralihkan oleh hal-hal yang saya kira keren setelah berlama-lama surfing di Internet atau memantau timeline medsos.

Di hari tertentu, saya tidak bisa berhenti ngeblog.

Di hari lain, saya mendadak kecanduan olahraga.

Belum tuntas saya keranjingan satu hal, tidak lama kemudian saya membabi buta ingin mempelajari seluk-beluk digital marketing.

Pernahkah Kawan mengalami kejadian serupa?

Fenomena ini tidak ubahnya siklus tanpa akhir, terutama tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan perwujudan resolusi maupun manifestasi cita-cita yang kita perjuangkan.

Kita sepelekan pentingnya “bersiap-siap sebelum berperang”.

Kita juga tidak mau repot-repot belajar dari pengalaman orang lain yang jelas-jelas lebih kenyang banyak makan garam di bidang tertentu daripada kita.

Dengan remehnya kita kesampingkan apa yang tengah kita tekuni sebelumnya sekalipun kita paham betul bahwa kita urung menuntaskannya, dan cepat-cepat berganti ke urusan berikutnya.

Ini mirip seperti makna dari salah satu peribahasa dalam Bahasa Jawa yang berbunyi “isuk dhele sore tempe”; cerminan dari pendirian kita yang berubah-ubah.

Namun, gagal melihat kenyataan di depan mata, kita malah menilainya sebagai strategi mutakhir supaya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

 Apa betul demikian?

Atau jangan-jangan sebenarnya kita sedang dijangkiti Shiny Object Syndrome (SOS)?

Tetapi apa itu SOS? “Sindrom Benda Berkilau”?

Dalam ranah psikologi, Shiny Object Syndrome bisa diartikan sebagai kondisi di mana seseorang cenderung mengikuti tren apapun yang sedang naik daun tanpa mempertimbangkan sisi baik/buruk ataupun untung-ruginya.

Ketika kita mengidap SOS, kita memandang tren yang akan datang sebagai peluang yang lebih bagus daripada apa yang kita kerjakan hari ini.

Akibatnya, niat kita pun goyah, dan hasilnya tentu bisa diprediksi: adalah hal yang mustahil buat kita untuk berkomitmen merealisasikan impian yang dipunya dalam jangka waktu yang lama.

Saat influencer A mengunggah postingan di Instagram tentang rencana dietnya, kita berbondong-bondong tergiring untuk mendaftar membership jasa catering diet dengan biaya selangit.

Ketika nilai saham perusahaan X tiba-tiba melonjak tinggi, kita sekonyong-konyong membayangkan diri kita adalah titisan Warren Buffet, sang investor sukses. Dan, dalam sekejap, tabungan di bank ludes demi memborong berlembar-lembar saham dari perseroan yang namanya baru kita dengar dari pemberitaan kala itu.

Akan tetapi, pernahkah kita bertanya apa yang selanjutnya terjadi kepada orang-orang yang gemar menceburkan diri dari satu tren ke tren lainnya?

Yah, bukan hal mengejutkan mendapati mereka terus-menerus berjalan di tempat sementara yang lainnya telah melesat jauh di depan.

Mereka hampir tidak pernah mendapatkan hasil yang mereka harapkan.

Kok?

Tentu saja hal ini terjadi lantaran mereka tidak pernah betah untuk menekuni suatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh.

Alhasil, mereka lekas berputus asa.

Nah, sekarang kita paham betul mengapa Shiny Object Syndrome sangat berbahaya buat kita.

Lantas, bagaimana cara melawannya?

Bagaimana cara meredam keinginan kita supaya tidak menghambur-hamburkan uang, waktu, atau tenaga demi mengikuti tren yang lewat sepintas lalu?

Asalkan kita mampu membatasi diri sendiri, Shiny Object Syndrome pun akan menjauh dengan sendirinya.

Jangan melihat sesuatu dari sudut pandang jangka pendeknya saja, dan tantang diri sendiri untuk menyelesaikan apa yang kita mulai.

Juga, buang jauh-jauh pemikiran bahwasanya kita tidak ubahnya bagai remah-remah rempeyek andai kita ketinggalan satu-dua tren beken.

Jadikan ini momentum untuk mulai belajar memusatkan perhatian hanya kepada satu hal terpenting di satu waktu.

Jika perlu, buat peraturan untuk kita sendiri. Apa konsekuensi jika kita melanggar poin-poin tertentu? Dalam perkara ini, barangkali perlu sifatnya untuk menjadi garang terhadap diri sendiri.

“It is those who concentrate on but one thing at a time who advance in this world.” – Gary Keller

Tidak ada salahnya jika kita tertarik dengan skema investasi reksadana dan terdorong untuk mencobanya.

Yang keliru yakni apabila kita tanpa tedeng aling-aling menaruh modal pada reksadana saham tanpa terlebih dahulu menelaah prospek dan risikonya.

Luangkan waktu untuk membaca literatur-literatur terkait.

Jangan takut pula memperluas koneksi dan belajar dari para pakar di bidangnya.

Atau, jika kedua opsi di atas masih kita anggap kurang, ada baiknya juga kalau kita mengikuti kursus dan menghadiri seminar online.

Ambil setiap langkah yang kita yakini akan mendorong kita untuk memahami resakdana saham dengan baik hingga ke detail-detail terkecil.

Ketika kita menerapkan strategi ini, niscaya kita sanggup membuat keputusan yang lebih bijak.

Bahkan, kita bisa dengan percaya diri berujar, “Shiny Object Syndrome? Bukan gue banget!”

Kita telah terlatih untuk menguatkan tekad kita pada tujuan-tujuan yang ingin kita capai dan mengaplikasikan aksi-aksi nyata secara konsisten sampai garis finish membentang di depan mata.

Kita bukan Jack of All Trades (si serba bisa yang biasa-biasa saja), melainkan Master of One (sang ahli di bidangnya).

Hal-hal fantastis akan menghampiri kita dengan mudahnya begitu kita melepaskan diri dari godaan distraksi yang melenakan.

 

Take actions.

  1. Baca “The One Thing: Kekuatan Fokus untuk Mendorong Produktivitas” karya Gary Keller.
  2. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, pusatkan perhatian hanya kepada satu hal terpenting pada satu waktu dan tantang diri sendiri untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai.

Have You Heard of Sisu?

Halo, pembaca The Ilagularity.

Tempo hari, saya baru saja menamatkan buku berjudul “The Finnish Way: Finding Courage, Wellness, and Happiness Through the Power of Sisu” karya Katja Pantzar.

Perjumpaan saya dengan buku ini murni sebuah ketidaksengajaan. Saya kebetulan melihatnya di beranda akun Pinterest saya.

Tertarik dengan ilustrasi super imut di sampul depannya, saya putuskan untuk menyelaminya.

Sejujurnya, saya memiliki nol persen pengetahuan tentang sisu.

Jangankan tahu, sekadar mendengar istilah tersebut saja belum pernah.

Nah, tidak heran jika keingintahuan saya menggelegak, ingin cepat-cepat mengetahui makna sebenarnya dari terminologi itu.

Lantas, apa itu sisu?

Sebetulnya, sulit untuk mengungkapkan dengan pasti apa itu sisu. Sebab, di dalam Bahasa Inggris sendiri saja, belum ada padanan kata yang tepat untuk mendeskripsikan sisu secara akurat.

Namun, ditilik dari sejarahnya, sisu pertama kali tercatat dalam media berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh majalah Time edisi 8 Januari 1940.

Bunyinya kira-kira seperti ini (kalau diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):

“Orang Finlandia memiliki sesuatu yang mereka sebut sisu. Itu adalah gabungan dari keberanian dan ketabahan, keganasan dan keuletan, kemampuan untuk terus berjuang setelah kebanyakan orang berhenti, dan untuk bertarung dengan keinginan untuk menang. Orang Finlandia menerjemahkan sisu sebagai "semangat Finlandia", tetapi itu adalah kata yang jauh lebih kejam dari itu. Minggu lalu, Finlandia memberi dunia contoh yang baik tentang sisu dengan membawa perang ke wilayah Rusia di satu sisi sementara di sisi lain mereka menahan serangan tanpa ampun oleh Angkatan Darat Rusia yang diperkuat. Di hutan belantara yang membentuk sebagian besar perbatasan Rusia-Finlandia antara Danau Laatokka dan Samudra Arktik, orang Finlandia pasti berada di atas angin.”

Mencengangkan, bukan?

Di samping itu, sisu juga seringkali dijabarkan sebagai tekad yang kuat, ketahanan, ketabahan, ketekunan, keberanian, kegigihan, dan keuletan dalam diri seseorang.

Dalam hal ini, banyak orang dengan gampangnya menyamakan sisu dengan ketekunan dan ketahanan. Nyatanya, ketiga nilai tersebut sangat berbeda antara satu sama lain.

Ketekunan umumnya dikaitkan dengan pendirian seseorang untuk tidak lekas menyerah. Nilai ini bersifat jangka panjang.

Sementara itu, ketahanan lebih menyerupai gagasan untuk lekas pulih atau bangkit kembali ke keadaan semula, terutama setelah menghadapi suatu permasalahan pelik.

Sisu, di sisi lain, condong ke perasaan di mana seseorang sanggup melampaui batasannya, baik itu secara mental ataupun fisik, khususnya dalam menyikapi cobaan atau saat-saat menegangkan yang dialaminya.

Jadi, sisu tidak melulu tentang menyembuhkan diri sendiri, tetapi lebih kepada perkembangan diri.

Sampai di sini, apakah sisu sudah lebih bisa dipahami?

Kembali ke buku karangan Katja, saya menyadari sesuatu begitu saya mencapai halaman terakhir.

Di luar dugaan kita, sisu mungkin telah banyak menemani kita dalam keseharian kita belakangan ini, terlebih di tengah-tengah masa serba sulit seperti sekarang.

Kita barangkali mendapati diri ini menjadi semakin giat membudidayakan sisu di masa pandemi.

Secara kebetulan, sisu sangat berkaitan dengan kesejahteraan kita, baik itu yang sifatnya secara fisik maupun mental.

Tetapi, andai Kawan belum sepenuhnya merasakan kehadiran sisu di dalam diri Anda, mungkin tidak ada momen yang lebih tepat daripada sekarang untuk menjajalnya.

Di bukunya, Katja menawarkan segudang trik memotivasi bagi orang awam yang tertarik untuk menerapkan sisu di keseharian mereka.

Tentu, saya tidak mau ketinggalan untuk mencobanya pula. Saya pun teramat ingin menemukan keberanian, keuletan, dan kebahagiaan bagi diri saya sendiri selama masa-masa sulit ini.

Lalu, bagaimana kita bisa menggunakan sisu sebagai jalan hidup kita lewat cara-cara sederhana?

1. Temukan kesempatan untuk melakukan latihan “insidental” dan pandang bergerak aktif sebagai sumber kesembuhan dari berbagai jenis penyakit

Have You Heard of Sisu

Ngomong-ngomong soal insidental, saya selalu menjumpai kata tersebut disandingkan dengan “SPP”, bukannya latihan atau olahraga.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), insidental merupakan sebuah kata sifat yang menerangkan tentang peristiwa atau kegiatan yang terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja, cenderung tidak direncanakan, tidak rutin atau tetap melainkan sewaktu-waktu.

Jadi, “latihan insidental" yang dimaksudkan dalam konsep sisu kurang lebih bisa dimaknai sebagai "olahraga yang cenderung kurang terstruktur daripada serangkaian aktivitas spesifik yang direncanakan."

Sederhananya, meminjam kacamata sisu, olahraga tidak melulu berupa yoga, Zumba, apalagi nge-gym.

Olahraga juga bisa mengambil bentuk aktivitas-aktivitas harian, seperti membersihkan rumah, memilih naik-turun tangga ketimbang menggunakan lift, atau berjalan kaki dari dan ke halte bus.

Kalau boleh jujur, sudah sangat lama sejak terakhir kali saya bepergian tanpa mengendarai sepeda motor, bahkan ke tempat tujuan yang tergolong dekat sekalipun.

Ada satu anggapan merusak yang bercokol di benak saya: kalau segala sesuatunya bisa dilakukan dengan semudah mungkin, mengapa saya justru harus repot-repot memilih metode-metode yang merepotkan?

Tetapi, tanpa kita sadari, gaya hidup yang katanya “anti repot” ini lama-kelamaan akan berbalik menyerang kita.

Buktinya, segudang hasil penelitian (salah satunya yang satu ini, nih) berhasil menunjukkan adanya korelasi positif antara minimnya pergerakan tubuh dengan penyakit-penyakit akut.

WHO, atau Organisasi Kesehatan Dunia, juga mendukung temuan-temuan itu.

Ditegaskan bahwasanya sedentary lifestyle (gaya hidup kurang bergerak) meningkatkan risiko kita terserang diabetes, obesitas, kanker usus, tekanan darah tinggi, sampai depresi dan kecemasan berlebih (untuk lebih lengkapnya lagi boleh Kawan baca di sini).

Duh, ngeri!

Lain halnya ketika kita rajin bergerak.

Menerapkan sisu berarti kita secara sengaja menolak memilih cara yang lebih mudah dan nyaman, karena kita tahu ada faedah di balik kesulitan dan ketidaknyamanan tersebut.

Selain itu, orang Finlandia juga memandang gerakan sebagai obat (movement as medicine), dengan banyak dokter di Finlandia yang meresepkan olahraga ketimbang pil kepada sebagian besar pasiennya.

Mengutip pernyataan Profesor Ilkka M. Vuori yang tercantum di dalam “The Finnish Way: Finding Courage, Wellness, and Happiness Through the Power of Sisu”:

“Pergunakanlah kesempatan apa pun, meskipun waktunya singkat dan melibatkan gerakan yang ringan-ringan saja. Jangan mencoba mencari cara untuk menghindari pergerakan dan aktivitas harian di rumah, kantor, perjalanan ke kantor, atau di waktu luang.”

Menggerakkan tubuh kita, bahkan dalam jumlah yang terkecil sekalipun, dapat menimbulkan perbedaan yang amat besar bagi kesehatan kita.

Saya, yang notabene juga bukan seorang pecinta olahraga, melihat petuah ini sebagai alternatif yang menarik dari pilihan-pilihan yang ada pada umumnya.

Kita tidak mesti melakukan olahraga-olahraga fitness yang keras demi meningkatkan kebugaran tubuh.

Setiap hari, kita dapat melakukan latihan-latihan “insidental” yang mudah dan sederhana, namun tetap dibarengi dengan dampak positif.

Meskipun harus saya akui, saya masih harus memaksa diri saya demi menumbuhkan kecintaan untuk beres-beres rumah.

2. Habiskan beberapa saat setiap hari di alam terbuka (dalam cuaca apapun)

Have You Heard of Sisu

Seperti yang telah saya jelaskan di atas, sebagian besar dari penerapan sisu melibatkan secara aktif proses pencarian kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa dalam tingkatan yang lebih tinggi, dan tujuan ini dapat dicapai dengan, salah satunya, menghabiskan waktu di alam.

Rupanya, orang Finlandia memiliki hubungan yang kuat dengan hutan belantara. Mereka juga tergila-gila dengan yang namanya “forest bathing” (mandi hutan, atau istilah yang merujuk kepada salah satu metode penyembuhan dengan menikmati paparan terhadap hutan dan alam bebas).

Bahkan, saking eratnya hubungan antara orang-orang Filandia dengan alam sekitar, muncul perumpamaan yang kira-kira bunyinya seperti ini:

“Di Finlandia, tidak ada yang namanya cuaca buruk. Yang ada cuma pemilihan pakaian yang tidak tepat dengan cuaca hari itu. Jadi, berapa pun usia Anda, Anda harus keluar, baik itu ketika turun hujan atau salju, dan nikmati manfaat yang menyertainya.”

Bagi kita-kita yang selama ini belum menghabiskan cukup waktu untuk terhubung dengan alam, dan merasa metode ini barangkali bisa meredakan kegelisahan, rasa lelah, dan keputusasaan yang diam-diam mencekik kita, tidak ada ruginya mencoba trik kedua ini.

3. Manfaatkan sauna dan berenang di air sedingin es

Have You Heard of Sisu

Di samping fenomena Aurora borealis-nya yang memikat hati, Finlandia juga terkenal berkat kegemaran penduduknya untuk bersauna dan berenang di musim dingin (winter swimming).

Sepertinya, tidak berlebihan untuk menyebut keduanya sebagai identitas nasional dari Negara Seribu Danau tersebut.

Di bukunya, Katja mengakui betapa winter swimming telah mengubah hidupnya.

Mengutip pengakuannya:

“Aku mulai menganggap laut sebagai ‘apotek’, karena tampaknya banyak rasa sakit dan masalah yang kuhadapi yang tertinggal di dalam air. … Mencelupkan diri ke dalam air sedingin es menjadi obat alami untuk banyak penyakit yang kuderita, mulai dari kelelahan dan stres, serta depresi, hingga otot tegang dan leher kaku.”

Namun, bagaimana dengan kita?

Tentu, di negara tropis seperti Indonesia, kelihatannya mustahil jika tiba-tiba terdapat musim dingin yang sanggup membekukan seluruh danau dan waduk yang ada.

Tetapi, itu tidak menghalangi kita untuk membuktikan kebenaran dari klaim Katja perihal khasiat winter swimming.

Cukup dengan menghabiskan 30 detik berdiri di bawah pancuran air dingin di kamar mandi dapat memberikan efek serupa.

Sayangnya, saya belum terpikirkan opsi lain untuk meniru pengalaman berada di dalam sauna.

Apa Kawan punya ide?

4. Bijaksana dalam memilah apa yang dikonsumsi oleh tubuh

Have You Heard of Sisu

Siapa yang tahu jika pola makan yang sehat telah terbukti berkhasiat bagus bagi kesehatan fisik dan mental? Ayo, angkat tangan!

Dari apa yang disampaikan oleh Katja di dalam bukunya, bisa disimpulkan bahwa pola makan orang-orang di negara-negara Nordik seperti Skandinavia, Finlandia, dan Islandia, cenderung sederhana dan didasarkan pada pilihan-pilihan yang bijaksana.

Seporsi makanan mencakup ½ sayur-sayuran, ¼ nasi atau pasta, serta ¼ sisanya adalah daging (yang sekilas mengingatkan saya pada kampanye “Isi Piringku” yang digiatkan oleh Kementrian Kesehatan).

Berkat penuturan Katja, saya jadi tahu, ternyata orang Finlandia selain cenderung makan buah dan sayuran organik, mereka juga sering kali memetik buah beri dan jamur untuk dikonsumsi sendiri di hutan.

Ini artinya mereka jarang membeli makanan dari luar, kecuali untuk merayakan event spesial.

Bukankah kebiasaan ini sangat baik untuk diterapkan terutama di saat-saat seperti sekarang?

Bukan cuma menilik dari faktor keamanannya saja. Dengan membiasakan untuk memasak sendiri, kita bisa secara pasti mengetahui apa-apa saja yang masuk ke dalam tubuh kita.

Saya pun mulai menikmati kegiatan yang satu ini, loh.

Iya, saya akui kemampuan memasak saya masihlah payah. Tetapi, untuk mengakalinya, saya bereksperimen dengan memasak menu-menu yang sederhana plus mudah ditiru oleh pemula.

Misalnya, memasak sayur sop makaroni, tumis kangkung, dsb, yang jelas-jelas tidak membutuhkan skill level tinggi dalam proses pengolahannya.

Selain sehat, rasanya juga lezat!

5. Amalkan minimalisme dan kesederhanaan

Have You Heard of Sisu

Membaca “The Finnish Way: Finding Courage, Wellness, and Happiness Through the Power of Sisu” menambah daftar panjang saya tentang hal-hal gres terkait orang Finlandia di samping sisu yang baru saya ketahui setelah menamatkan bacaan saya, yang faktanya, mungkin bukan hal baru jika banyak orang Finlandia diketahui selalu berpikir serius tentang desain, pola konsumsi, dan lingkungan mereka.

Untuk mempraktikkan sisu, kita perlu belajar dari kepedulian orang-orang Finlandia terhadap lingkungan.

Setiap kali kita hendak berbelanja, pertimbangkan pola konsumsi kita.

Ke mana barang ini akan pergi setelah habis daya gunanya?

Bisakah itu dijual kembali? Atau disumbangkan?

Apakah memungkinkan untuk membeli barang bekas daripada yang baru?

Katja juga merekomendasikan para pembacanya untuk berinvestasi dengan membeli barang-barang yang dibuat dengan baik alih-alih memborong produk berharga murah namun dengan kualitas buruk, yang kemungkinan besar akan berakhir di tong sampah dalam waktu cepat.

Betul, biaya yang dikeluarkan akan sedikit lebih mencekik di awal, tetapi harga tersebut sepadan dengan keawetannya.

Dan, setelah diperhitungkan kembali, keputusan itu justru menyelamatkan keuangan kita dalam jangka panjang.

6. Ambil langkah kecil untuk mencapai tujuan besar

Have You Heard of Sisu

Kita barangkali kerap menunda-nunda mewujudkan impian kita.

Memang, mudah untuk berhenti di tengah jalan setelah menyadari bahwa tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai hanya dalam satu atau dua hari.

Sayangnya, begitulah fakta yang ada.

Sama seperti Roma yang tidak dibangun dalam semalam, segala sesuatu yang ingin kita capai juga memerlukan proses. Proses-proses tersebut bahkan mungkin bisa memakan waktu yang lama.

Tetapi tidak mengapa.

Ketahuilah, jika kita mengambil langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan kita, kemungkinan untuk sukses akan meningkat.

Ibarat peribahasa, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Maknanya, upaya kecil yang diusahakan terus-menerus pasti akan membuahkan hasil.

Katja menjelaskan bahwa kita perlu waktu.

Jangan terburu-buru.

Baik itu membiasakan diri untuk mandi air dingin setiap hari, atau mengontrol pola makan kita, kita perlu menyediakan waktu agar kebiasaan-kebiasaan yang serba asing tersebut menjadi bagian dari hidup kita.

Dan, yang terpenting, kita harus tekun. Inilah strategi untuk menguatkan daya tahan kita dalam menghadapi segala rintangan yang menghadang.

Dan ketahanan yang kuat itulah yang menjadi prinsip dasar sisu.

 

Take actions.

  • Temukan kesempatan untuk melakukan latihan “insidental” dan pandang bergerak aktif sebagai sumber kesembuhan dari berbagai jenis penyakit.
  • Habiskan beberapa saat setiap hari di alam terbuka (dalam cuaca apapun).
  • Manfaatkan sauna dan berenang di air sedingin es (atau mungkin awali dengan mandi air dingin setiap harinya).
  • Bijaksanalah dalam memilah apa yang dikonsumsi oleh tubuh.
  • Amalkan minimalisme dan kesederhanaan.
  • Ambil langkah kecil untuk mencapai tujuan besar.

Get Your Life Back

Halo, pembaca The Ilagularity.

Tidakkah melegakan andai segala sesuatu yang kita rencanakan susah payah sebelumnya berjalan dengan lancar?

Kita nyaris selalu memperhatikan hingga detail terkecil untuk setiap proyek/tugas yang atasan/dosen tugaskan.

Upaya-upaya pencegahan pun dilakukan dengan menyiapkan back up plan dari A sampai Z, demi memastikan agar semuanya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, tetapi...

… bukankah manusia hanya bisa berkehendak?

Satu-dua hal mungkin bakal muncul di luar perkiraan kita.

Ada saja insiden-insiden remeh yang justru berpotensi menggagalkan rencana kita.

Dan, ketika mengingat berapa banyak waktu dan tenaga yang telah kita dedikasikan guna memastikan semuanya berjalan mulus tanpa gangguan, hati kita pun dipenuhi dengan kekecewaan.

Kepanikan dan keputusasaan bertubi-tubi menghantam kita pula.

Sampai-sampai, tanpa kita sadari, kita melepaskan kontrol atas emosi-emosi negatif seperti merasa takut dan gelisah, misalnya, dan membiarkan mereka menduduki kita.

Lambat laun, kita pun berhenti memandang permasalahan tersebut menggunakan logika.

Tetapi, akankah persoalannya terselesaikan begitu saja?

Sayangnya tidak.

Malahan, kita semakin kewalahan menghadapinya.

Perlahan-lahan, situasinya semakin memburuk lantaran kita gagal meredam kepanikan di awal.

Ada satu kata yang cocok untuk mendeskripsikannya.

Situasi semacam ini adalah murni sebuah “bencana”.

Ibarat terperangkap di dalam pasir hisap, alih-alih mengangkat kita keluar, kepanikan dan lepas-kendalinya kita cuma bakal menenggelamkan kita lebih dalam.

Sebelum itu terjadi, mari kita bergegas mengatasinya.

Apa yang bisa kita lakukan, memangnya?

Bagaimana bisa kita mencegah diri kita dari bertindak gegabah saat rencana kita urung terwujud sesuai apa yang diharapkan?

Mengubah mindset kita adalah jawabannya.

Lebih tepatnya lagi, mengubah pola pikir kita supaya menemukan kesempatan-kesempatan tidak terduga di setiap permasalahan yang kita jumpai.

Mengapa kita harus repot-repot bertindak sampai sejauh itu?

Bukankah lebih mudah untuk menyerah dan memulai kembali dari awal?

Karena, Kawan, itu ialah salah satu cara yang akan menolong kita untuk berkembang dan meraih kesuksesan.

Di masa yang akan datang, kita semestinya mulai melihat problem yang kita miliki sebagai “tantangan”.

Kalau kita memilih mengambil belokan memutar ketimbang menghadapinya, kita bakal kesulitan untuk keluar dari zona nyaman kita.

Dengan melompati pagar tinggi, kita akan belajar untuk terbiasa melakukan hal-hal di luar batasan kita dan, mudah-mudahan, dapat menjadi lebih baik dari kemarin.

Apa, sih, yang bakal terjadi kalau kita memilih rute ini?

Menjadi “tak terkalahkan”.

Itu predikat baru yang mungkin kita sandang setelahnya.

Kemampuan beradaptasi kita juga meningkat berkatnya, lantaran kapan pun rengrengan yang kita punya kandas, kita terlatih supaya lekas-lekas memikirkan konsep berikutnya dengan peluang keberhasilan yang lebih tinggi.

Nah, andai lain kali kita dituntut untuk jadi “si serba bisa” oleh si bos/dosen yang doyan memperhatikan hasil pekerjaan kita hingga detail terkecil, jadikan itu kesempatan untuk mengasah skill kita dan menjadi expert di bidang yang kita tekuni.

“What doesn’t kill you make you stronger.” – Kelly Clarkson

Jadi, jika di waktu mendatang kita secara tidak sengaja tersandung problem serupa lagi dan dikelilingi dengan cobaan-cobaan yang memusingkan, ingat: Pandang permasalahan tersebut sebagai tantangan dan berpikir kreatif, selalu cari kesempatan di balik kesulitan.

 

Take actions.

  • Ubah pola pikir guna menemukan kesempatan-kesempatan tidak terduga di setiap permasalahan yang dijumpai.

Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Hello, I'm Ila. Welcome to my safe haven on the internet, "The Ilagularity". I hope you can find a little bit of peace and comfort during your stay here.

POPULAR POSTS

  • Get Your Life Back
  • How to Give Criticism with Grace
  • 5 Langkah Efektif untuk Mengendalikan Diri Saat Marah
  • Have You Heard of Sisu?
  • Every Day is a Fresh Start
  • Why We Don’t Get the Results We Want
  • Cari Penyedia Stok Foto Feminin (GRATIS) untuk Blogger Perempuan? Nih 6 Rekomendasinya!

Ask Me

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

My Graphic Resources

My Graphic Resources
© Ila and The Ilagularity, 2021. Unauthorized use and/or duplication of this material without express and written permission from this site’s author and/or owner is strictly prohibited. Excerpts and links may be used, provided that full and clear credit is given to Ila and The Ilagularity with appropriate and specific direction to the original content.

Label

  • BLOGGING
  • SELF IMPROVEMENT

Translate the Blog

Legal Pages

  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Terms of Service

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template